|| nuli bakal lair | sawijining manungsa kang linuwih, kapilih | kang miwiti uripe nyarira batur najis | nanging ing titiwancine piyambake bakal madeg raja tinresnan | kang bakal kalebu ati marang kawulane nganti salawase...

|| dan kelak akan lahir | satu manusia yang dipilih | yang mengawali kehidupannya sebagai budak hina | namun kemudian menjadi raja | yang dikenang sepanjang waktu...

Kamis, 22 November 2012

REVIEW Untung Suropati, oleh Luckty Giyan Sukarno


Dan kelak akan lahir
Satu manusia yang dipilih
Yang mengawali kehidupannya sebagai budak hina
Namun, kemudian menjadi raja
Yang dikenang sepanjang waktu (hlm. xxiii)

Kisah yang terdiri dari tiga bab ini; Batavia, Kartasura dan Pasuruan berisi riwayat Untung Surapati sejak bayi hingga liang kubur. Jujur, sebelum membaca buku ini, saya kurang begitu familiar dengan perjuangan seorang Untung Surapati dalam memperjuangkan tanah air tercinta ini. Ternyata perjuangan beliau tidak kalah semangat. Sosok Untung Surapati ini mengingatkan tentang perjuangan Pangeran Diponegoro yang lebih kita kenal. Dia juga ditakuti para penjajah:

Barangsiapa yang bisa menangkapnya, apabila ia orang biasa, akan diberi gelar mantra, dan apabila ia berpangkat mantra, akan diberi hadiah empat desa yang subur, berikut nama yang harum. (hlm. 507)

….. dan perang adalah sebuah jalan! (hlm. 544)

Lewat buku ini kita akan menemukan banyak sekali pengetahuan sejarah yang diselipkan tanpa terkesan menggurui seperti buku pelajaran sekolah. Seperti asal-usul nama Batavia, tentang seluk-beluk VOC dan lain-lain.

Ada hal menarik tersendiri dari segi nama Untung Surapati. Untung, sebab saat beliau kecil selalu memberikan serba kebetulan sebagai faktor menyelamatkan nasib Mijnheer Moor yang membelinya saat menjadi budak.

Raden Surapati dinyatakan secara jelas bersalah telah melakukan fitnah dan berusaha membunuh tamu yang telah berjasa bagi tanah Cirebon, Sultan Cirebon pun tak segan lagi memutuskan untuk menghukum mati anak angkatnya itu. Sebagai bukti penyesalannya yang dalam, Sultan Cirebon kemudian menganugerahkan gelar Surapati kepada Untung. Sejak itulah, Untung dikenal dengan nama Untung Surapati.

Dilabeli roman sejarah, memang sangat terasa sekali kisah sejarah yang dibalut nuansa romantika para tokoh-tokohnya. Dari sekian banyak tokoh yang ada, tokoh favorit saya adalah Raden Ayu Goesik Kusuma yang selalu setia hingga akhir hayatnya.

“Dari semua yang sudah terjadi pada kita, maukah… engkau menghabiskan sisa hidupmu bersamaku?” (hlm. 145)

Baru aku sadari kalau aku ingin terus bisa bersama Kakak. Aku ingin terus bisa melihat Kakak setiap hari… Dan, aku ingin terus bisa memegang tangan Kakak seperti ini. Apa… ini semua berlebihan? (hlm. 255)

Tapi, kita tak bisa terus melihat masa lalu dalam langkah-langkah hidup kita seterusnya, bukan?
Menikah dengan perempuan lain, bukan berarti menepikan dirinya… (hlm. 374

Aku akan tetap selalu membiarkan sepotong hati Kakang untuk masa lalu Kakang), tapi berikan bagian hati Kakang yang lain kepadaku walau itu sedikit saja… (hlm. 539)



Ada pengetahuan yang menarik dalam buku ini yang kurang familiar di telinga kita, Pohon UPAS. Apa itu?
Konon ketika tentara Portugis di bawah Alfonso d’Alberquerque menyerbu Malaka 1511, hampir semua tentaranya terbunuh oleh panah beracun pohon upas. Nasib yang sama dialami oleh tentara Belanda pada abad 17. Rumor yang berkembang, bahkan burungpun akan jatuh dan mati jika berani bertenger di rantingnya. Saking kalang kabut dan takutnya Belanda, mereka berusaha menangkap seorang pribumi, lantas menyiksanya agar menunjukkan penawar racun pohon upas tersebut.

Dalam buku Loves of The Plants oleh Erasmus Darwin bahkan diceritakan, keampuhan pohon upas untuk mengeksekusi penjahat. Terhukum hanya disuruh berdiri saja di bawah disekitar pohon upas menunggu angin yang melaluinya. Ketika angin telah menerpa tahanan, dari dua puluh tahahan hanya dua orang tahanan yang bisa kembali dengan selamat. Meski cerita ini hanya rumor saat itu, namun mengukuhkan betapa ganasnya bisa pohon upas, si pencabut nyawa.
(Sumber: http://id.shvoong.com/society-and-news/environment/2027132-bunga-bunga-cantik-pencabut-nyawa/#ixzz3qB0iKNJl)



Untung Suropati (lahir di Bali, 1660 – meninggal dunia di Bangil, Jawa Timur, 5 Desember 1706 pada umur 45/46 tahun) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang berjuang di Pulau Jawa. Ia telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.

Kisah Untung Suropati yang legendaris cukup banyak ditulis dalam bentuk sastra. Selain Babad Tanah Jawi, juga terdapat antara lain Babad Suropati. Penulis Hindia Belanda Melati van Java (nama samaran dari Nicolina Maria Sloot) juga pernah menulis roman berjudul Van Slaaf Tot Vorst, yang terbit pada tahun 1887. Karya ini kemudian diterjemahkan oleh FH Wiggers dan diterbitkan tahun 1898 dengan judul Dari Boedak Sampe Djadi Radja. Penulis pribumi yang juga menulis tentang kisah ini adalah sastrawan Abdul Muis dalam novelnya yang berjudul Surapati.

Banyak kalimat favorit dalam buku ini:
  1. Tetaplah hidup karena kehidupan begitu sempurna. (hlm. 153)
  2. Kadang, kita hanya melakukan kejahatan untuk bertahan hidup, atau membela keyakinan kita. (hlm. 157)
  3. Hidup ini adalah pilihan. Kupikir, mereka telah tahu resiko ini semua. (hlm. 521)
  4. Karena di masa yang akan datanglah, kupikir sesuatu yang indah pada akhirnya tiba. (hlm. 539)
  5. Kita tak akan pernah terlepas benar-benar dari masa lalu, bukan? (hlm. 538)
  6. Kematian selalu menyisakan kepedihan. Seperti sebuah luka yang kembali menganga setelah lama tersimpan. (hlm. 607)
  7. Kita memang tak harus kembali lari ketakutan untuk bersembunyi. Ini tanah kita, dan kitalah yang menentukan nasib kita sendiri. (hlm. 627)
  8. Dan, perasaanlah yang kemudian menunjukkan arah. Sedalam apa seseorang mencintai, sedalam itu pula arah yang akan ditunjukkan. Semuanya tampak begitu sederhana. (hlm. 117)
  9. Mewujudkan kekuasaan sendiri.. Membuat hidup kami menjadi lebih bermanfaat,, (hlm. 522)

Dari segi isi, perlu diacungkan dua jempol untuk penulisnya yang mampu menuliskan cerita roman sejarah yang ciamik ini. Takjubnya lagi, disela-sela menulis buku ini, penulisnya mampu menulis dua buku lain. Waktu kali pertama pegang dan lihat halamannya yang berjumlah 660, sempat berpikir ragu apakah bisa menyelesaikan untuk membacanya. Ternyata, dari halaman pertama langsung kepincut. Deskripsinya detail sekali. Pemilihan font dan spasi antar paragrap juga nyaman untuk membacanya. Hanya perlu dua hari untuk menyelesaikan buku ini. Ahhh…seandainya saja semua kisah para pahlawan dibuat roman sejarah seperti ini, tentu banyak generasi muda kita yang mencintai sejarah dan mengingat para pahlawannya... ˇ)-c  

Dan itu bukan karena matahari yang berputar menentang arah..
Bukan karena hari yang terlupa bergerak maju..
Bukan karena ombak yang tak kembali dari pesisir..
Juga bukan karena kepompong yang tak menjadi kupu-kupu..
Tapi sekadar jawaban dari sebuah penantian.. (hlm. 218)

Keterangan Buku:
Judul                : Untung Surapati
Penulis              : Yudhi Herwibowo
Penerbit            : Tiga Serangkai
Editor               : Sukini
Desain sampul  : Rendra TH
Layouter           : Tri Mulyani Ch.
Terbit               : Februari 2011
Tebal                : xxviii + 660 hlm.
ISBN               : 978-602-98549-1-6


http://www.facebook.com/notes/luckty-giyan-sukarno/review-untung-suropati/10151093576402693

Senin, 21 November 2011

Untung Surapati di Indonesian Book Fair Jakarta, 4 Desember 2011



Bersama Mas Nassirun Purwokartun penulis Penangsang, dan Pak Darmanto penulis Penembahan Senopati, kami akan melakukan bincang2 seputar tokoh2 tulisan kami itu... tungguin yaaa... :)

Promo beli 2 eks Untung Surapati: GRATIS KAOS



Promo selanjutnya:
setiap pembelian langsung 2 eks Untung Surapati : GRATIS KAOS


*selama persediaan masih ada

Kamis, 06 Oktober 2011

Promo Pembelian Langsung: GRATIS PIN & BOLPEN














sekedar info bagi temen2 yang belum punya novel Untung Surapati, pembelian langsung via Tiga Serangkai atau via blog ini, sejak Oktober ini akan dibonusi PIN dan BOLPEN keyeeeeen.

lumayaaaann... :)

Review Untung Surapati dari My Book Reviews Corner

Penerbit : Metamind
Tebal : 648 Halaman

Menurut saya seharusnya diterbitkan lebih banyak buku dengan genre historical fiction Indonesia seperti Untung Surapati ini. Terbayang begitu banyak riset yang haru dilakukan sang penulis sebelum merampungkan buku ini.

Melenceng sedikit dari review buku, sewaktu masa-masa sekolah terus terang mata pelajaran sejarah bukan merupakan favorit saya. Mungkin karena penekanan titik berat sejarah yang salah, dimana yang wajib diingat kala itu adalah tanggal/tahun suatu peristiwa dan deretan nama tokoh yang tidak ada habisnya. Bukan pada kenapa dan bagaimana suatu rangkaian sejarah itu bisa terjadi. Jatuhnya pelajaran sejarah menjadi hafalan yang membosankan. Padahal terdapat segudang lesson learned sebelum suatu peristiwa penting terjadi.

Back to the book. Secara garis besar buku ini menggambarkan perjalanan hidup Untung Surapati dari masa kecilnya hingga beliau wafat. Buku dibagi menjadi tiga bagian berdasar pada tempat dimana Untung Surapati berkiprah. Ketiga bagian tersebut adalah Batavia, Kartasura dan Pasuruan.

Bagian pertama, Batavia, menceritakan tentang Untung kecil yang kala itu adalah seorang budak. Untung bersama Pande temannya dihadiahkan pada seorang pedagang Belanda sukses bernama Minjheer Moor. Minjheer Moor mempunyai seorang anak perempuan kecil bernama Suzanne. Untung, Pande dan Suzanne segera menjadi teman baik.

Minjheer Moor memperlakukan Untung dan Pande dengan sangat baik. Suatu hari Pande berkeras untuk kabur untuk memperbaiki nasibnya. Pande mengajak Untung untuk ikut serta namun Untung memilih untuk tinggal. Semenjak itu hanya ada Untung dan Suzanne.

Suatu hari Untung menyaksikan seorang pendekar berjalan di atas air. Pendekar tersebut bernama Ki Tembang Jara Driya. Atas seizin Minjheer Moor, Untung berguru pada Ki Tembang.

Tahun demi tahun berlalu Untung telah menjadi seorang pemuda yang tangguh. Tanpa disadari tumbuh “perasaan lebih” antara Untung dan Suzanne. Minjheer Moor murka ketika mengetahui hubungan tersebut. Untung segera dipenjarakan dan disiksa. Minjheer Moor bermaksud untuk menghukum mati Untung, namun di malam sebelum eksekusi tersebut dijalankan, Suzanne menyelamatkan Untung dengan menyelundupkan kunci dari seluruh ruangan penjara.

Untung kemudian memimpin semua narapidana yang ada di penjara untuk kabur. Mereka kemudian melarikan diri ke hutan. Untung lalu memutuskan untuk kembali ke tempat Minjheer Moor untuk membawa kabur Suzanne. Sepasang manusia itu lalu pergi ke tempat Ki Tembang Jara Driya untuk meminta dinikahkan.

Ki Tembang memenuhi permintaan tersebut, namun akhirnya beliau menasihati Untung bahwa membawa serta Suzanne bukan merupakan pilihan yang bijak. Ki Tembang menasihati Untung untuk tidak bertindak egois dan melepaskan Suzanne. Untung menuruti nasihat Ki Tembang dan kembali ke hutan tempat pelarian.

Ternyata narapidana yang lain masih ada disana menunggu Untung. Mereka meminta Untung untuk memimpin. Semenjak saat itulah Untung menjadi pimpinan kaum pemberontak yang senantiasa melakukan perlawanan terhadap pihak Belanda. Bagian satu diakhiri dengan pertempuran pasukan Untung dengan pihak Belanda di tepi Sungai Cikalong dalam rangka membantu Pangeran Purbaya. Setelah pertempuran tersebut Untung memutuskan untuk membawa pasukannya ke daerah Kartasura.

Dalam perjalanan menuju Kartasura atas jasanya membantu Kesultanan Cirebon. Untung diberi gelar Surapati oleh Sultan Cirebon. Semenjak itulah Untung dikenal dengan nama Untung Surapati.

Perjalanan Untung Surapati terus berlanjut, pengikutnya pun semakin banyak. Pasukan Untung menjadi “pasukan bergerak” yang disegani dan diburu oleh pihak Belanda. Halaman demi halaman kita akan diberikan gambaran mengenai situasi politik di zaman tersebut. Selalu ada orang-orang yang berani melawan dan lebih banyak lagi orang bermuka dua yang hanya ingin mempertahankan kekuasaannya sendiri.

Peperangan, kematian dan penghianatan mewarnai perjalanan Untung Surapati. Untung yang tadinya hanya seorang budak, berhasil bertransformasi menjadi sosok yang ditakuti pihak Belanda. Dalam beberapa titik memang Untung sempat meragukan dirinya sendiri, Untung juga sempat berada dalam posisi dilematis untuk memilih apakah akan mendampingi keluarganya dan hidup tenang ataukah terus berjuang. Penggambaran yang sangat manusiawi dan menambah nilai plus pada karakter tokoh Untung. Siapa sih manusia yang tidak pernah meragukan dirinya sendiri?

Walaupun sebagaimana tertulis dalam sejarah bahwa pada akhirnya pemberontakan Untung Surapati berhasil dipadamkan pihak Belanda. Namun kisah ini berhasil memperbesar rasa hormat kita pada tokoh-tokoh stand out Indonesia di masa lalu yang tidak pernah berhenti melawan, tidak pernah tunduk.

Sepertinya kisah seperti ini bagus untuk difilmkan. Asal jatuhnya jangan seperti trilogi film Merah Putih yang absurd itu. Wkwkwkw.

Dan banyak yang dapat diresapi. Karena sampai detik ini kita masih dibayangi oleh penjajahan terselubung. Right now our biggest enemy is ourself. Seperti kita saksikan di kehidupan sehari-hari, pemberitaan tentang kondisi Indonesia saat ini seperti sebuah parodi yang memuakkan. Semuanya tidak masuk logika dan absurd. Tidak ada sama sekali tokoh yang bisa diteladani.

Fight dan struggle kita mungkin jauh berbeda dari tokoh-tokoh di masa lampau. Namun seharusnya nilai yang kita pegang tetap sama. Integritas dan kekuatan hati untuk tidak tunduk pada godaan uang dan kekuasaan.


http://annisaanggiana.wordpress.com/2011/08/18/untung-surapati-by-yudhi-herwibowo/#comment-330