|| nuli bakal lair | sawijining manungsa kang linuwih, kapilih | kang miwiti uripe nyarira batur najis | nanging ing titiwancine piyambake bakal madeg raja tinresnan | kang bakal kalebu ati marang kawulane nganti salawase...

|| dan kelak akan lahir | satu manusia yang dipilih | yang mengawali kehidupannya sebagai budak hina | namun kemudian menjadi raja | yang dikenang sepanjang waktu...

Kamis, 25 Agustus 2011

Review Untung Surapati, oleh Novianne Asmara

Judul : UNTUNG SURAPTI
Penulis : Yudhi HerwibowoPenyunting: Sukini
ISBN : 978-602-98549-1-6
Tebal : 660 Halaman
Harga : Rp 81.000
Cover : Soft CoverPenerbit : Metamind
Cetakan: I, 2011

Untung Surapati merupakah salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Tepat rasanya buku ini dibaca saat semarak HUT RI masih berdengung. Walau sebenarnya buku-buku bertema pahlawan atau kisah perjuangan tetap asyik juga dibaca dihari-hari biasa. Menjaga agar semangat nasionalisme dan rasa kagum kita pada para pahlawan yang telah rela berjuang mengorbankan nyawanya selalu senantiasa hadir setiap saat di hati kita.
Rasa kagum ini pun sudah selaiknya kita persembahkan juga pada para penulis buku-buku sejarah. Karena berkat kepiawaian tangan merekalah, kita akhirnya bisa menikmati sebuah karya kisah sejarah yang mungkin selama ini hanya kita dapat di sekolah dengan porsi yang begitu kecil dan pemaparan yang tidak terlalu detail.

Memang selalu menarik bila suatu sejarah diangkat menjadi sebuah novel. Tentunya harus dibarengi dengan riset yang mendetail oleh si penulis cerita. Dan ketika saya membaca bagian Prakata dari novel Untung Surapati ini, kekaguman saya terhadap seorang Yudhi Herwibowo kian bertambah. Proses kreatif yang dipaparkan oleh Yudhi Herwibowo menggambarkan betapa rumit dan njelimetnya proses kelahiran novel Untung Surapati ini.
Buku ini ditulis dalam rentang waktu hampir 13 bulan, termasuk proses revisi di dalamnya. Awalnya tebal naskah ini hanyalah berisar 285 halaman saja, tapi setelah diadakannya revisi dan penambahan di beberapa tempat, maka jadilah naskah ini membengkak menjadi 660 halaman.
Dan ternyata memang tidak mudah menulis novel sejarah, apalagi menyangkut seorang pahlawan di masa lalu yang hidup di akhir abad ke-17. Sang penulis pun bercerita bahwa dia sempat kecapekan akibat cross check yang dilakukan oleh editornya, demi menghasilkan data yang valid dan benar. Seru juga mendengarkan Mas Yudhi bercerita dari hal besar sampai hal yang remeh sekali pun yang menyangkut novel roman sejarah ini. Di tengah kecapekan dan hilangnya mood menulis Untung Surapati, si tukang cerita tidak serta merta menjadi mandul. Dia tetap menulis, dan ajaibnya dua buah buku lainnya selesai dia tulis di sela-sela rehat dari Untung Surapati. Keren yah...

Menurut Yudhi Herwibowo, Babab Tanah Jawa adalah buku yang paling berjasa dalam penyusunan novel ini. Sampai-sampai tiga buah buku Babad Tanah Jawa dari berbagai versi dan edisi dibelinya. Buku lainnya yang tidak kalah berperan penting membidani kelahiran Untung Surapati ini adalah Terbunuhnya Kapten Tack karya de Graaf. Lewat buku hasil tulisan de Graaf inilah informasi mengenai perang di Kartasura berhasil didapatkan.
Beberapa buku penunjang lainnya adalah Jan Kompeni yang merupakan buku lama, Batavia Awal Abad 20, Prajurit Perempuan Jawa, dan History of Java.

Ternyata memang menulis itu membutuhkan keuletan dan kesabaran tingkat tinggi untuk mengahasilkan karya yang maksimal. Pengorbanan pun tidak hanya terpaku pada seputar waktu dan dan materi saja. Bahkan kadang penulis harus rela menahan diri untuk berpuasa sejenak dari eksis di akun jejaring sosial; facebook dan twitter. Inilah yang dialami oleh Yudhi Herwibowo, berkat menahan diri untuk sementara waktu dengan tidak selalu update status di facebook yang memang membuat ketagihan, dia mempunyai waktu lebih efisien dan tidak terbuang percuma.
Kadang pula, pengorbanan ide perlu dilakukan untuk kebaikan bersama. Misalnya, adanya bebarapa adegan yang semula diimajinasikan untuk ditulis, terpaksa harus dihilangkan. Juga keharusan menganalisa ulang buku referensi. Di mana buku Babad Tanah Jawa harus dianalisa ulang karena ternyata buku ini banyak yang menentang.
Tapi semua jerih payah dan pengorbanan seorang penulis akan terbayar lunas, saat hasil tulisannya lahir menjadi sebuah buku yang indah, sarat dengan pengetahuan dan kaya kandungan gizi sejarahnya. Dan yang terpenting dari semua itu adalah saat hasil karya tersebut bisa dinikmati dan diapresiasi oleh para pembacanya sebagai penikmat buku. Ada pun bila timbul pro dan kontra nantinya, itu adalah hal yang lumrah terjadi. Mengingat sudut pandang setiap pembaca itu berbeda-beda.
Setidaknya bagi saya, sudah ada seoarang penulis yang peduli akan pahlawannya dan mengangkatnya ke dalam sebuah roman sejarah.

Saya jadi mendambakan bisa membaca semua tokoh sejarah dan pahlawan bangsa ini melalui sebuah novel yang dikemas apik dan tidak ngebosenin. Karena dengan begitu akan lebih mudah menyerap isi sebuah cerita ketimbang buku teks yang kaku seperti buku-buku paket sekolah.

Kisah Untung Surapati diawali dengan menghilangnya seorang anak raja di Bali. Anak tersebut kemudian dijual sebagai budak kepada seorang pemimpin Kompeni VOC di Batavia, Mijnheer Moor. Dialah yang kemudian memberikan nama ‘Untung’ kepada anak budak berbadan kurus yang semula hanya dipanggil sebagai ‘si Kurus’ tersebut. Di tempat Mijnheer Moor inilah Utung menghabiskan masa kecil hingga awal dewasanya, dan juga tempat dia menemukan cintanya, Suzzane Van Moor―anak dari Mijnheer Moor. Dari keadaan inilah konflik mulai bergulir. Mijnheer Moor tidak terima bahwa Untung yang notabene adalah mantan budaknya yang juga seorang pribumi dan sangat dia banggakan malah berani menikahi Suzzane. Pada saat itu, seorang pria Eropa memang dibolehkan menikahi wanita pribumi―yang kemudian muncul istilah ‘nyai’; namun, seorang wanita Eropa yang menikah dengan pria pribumi merupakan sebuah aib. Merujuk pada kejadian itulah kecintaan kemudian berubah menjadi kebencian. Untung dipenjara, disiksa dan dipukuli hingga akhirnya dia berhasil melarikan diri ke Tanah Mati, sebuah tempat persembunyian rahasia di tengah hutan―tempat di mana dia mulai menghimpun pasukan dan kekuatan untuk melawan kompeni.

Dengan bertindak sebagai gerombolan begal alias perampok, Untung dan kelompoknya terus melancarkan serangan ke pos-pos VOC, hingga namanya pun terkenal di seantero Jawa. Mulai dari Kasultanan Banten di ujung barat hingga ke Madura. Semua petinggi kerajaan-kerajaan itu mengenal sepak terjang Untung dan kelompoknya. Banyak yang mendukung tapi tidak sedikit pula yang membencinya karena adanya tekanan kuat dari VOC. Dari Banten pasukan Untung menuju Cirebon. Di Cirebon inilah Untung berhasil menggagalkan upaya adu domba dan pengkhianatan yang dilakukan oleh anak angkat Sultan Cirebon, Raden Surapati. Begitu kagumnya sang Sultan, hingga akhirnya beliau kemudian menganugerahkan gelar Surapati kepada Untung. Jadilah Untung sekarang bernama, Untung Surapati.

Panggung pertempuran lalu berpindah ke Jawa Tengah, tepatnya ke Kraton Kartasura yang merupakan cikal bakal dari Mataram Yogyakarta dan Mataram Surakarta. Di depan kraton inilah, Untung Surapati meraih pencapaian tertinggi yang kelak akan sangat dikenal dalam sejarah perjuangan bangsa ini. Untung berhasil membunuh salah satu kapten yang sangat dibanggakan oleh VOC, yakni Kapitein Francois Tack. Peristiwa ini begitu membekas dan monumental sehingga ikut menentukan arah kebijakan VOC terhadap Untung Surapati dan pasukannya. Sebuah peristiwa kejayaan yang sekaligus menandai mulai lunturnya kekuatan dan bintang keberuntungan Untung Surapati bersama pasukannya. Dan, sejak saat inilah, VOC terus mendesak dan mengobarkan perlawanan kepada pasukan begal itu, hingga akhirnya mereka terdesak dan mencapai pertahanan terakhirnya di Benteng Bangil, Pasuruan. Di benteng ini, Untung Surapati mengakhiri perjuangan yang senantiasa meninggalkan kesan yang begitu dalam kepada bangsa ini. Dialah sang pahlawan.


Yudhi Herwibowo, lahir di Plaembang, tetapi terus pindah dari Tegal, Kupang, Purwekerto, dan Solo. Lulusan Arsitektur, Universitas Sebelas Maret Surakarta ini telah memenangi beberapa lomba kepenulisan, diantaranya: Cerpen Femina 2004, Novelet Femina 2005 dan Penulisan Novel Inspirasi Penerbit Andi di Yogyakarta serta diundang di Ubud Writers and Festival 2010.
Terdapat lebih dari 27 buku fiksi dan non fiksi yang telah ditulisnya. Beberapa bukunya malah sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu dan Inggris. Buku Pandaya Sriwijaya (Bentang) merupakan buku roman sejarah yang pertama kali dia tulis. Ada pun buku lainnya yang fenomenal adalah Mata Air, Air Mata Kumari (BukuKatta) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
Saat ini dia memutuskan untuk total menulis. Selain sebagai penulis, dia juga aktif sebagai koordinator di buletin sastra pawon, Solo.
Untuk mengenal lebih jauh tentang Yudhi Herwibowo dan karyarnya, bisa mengunjungi www.yudhiherwibowo.com atau di www.yudhiherwibowo.blogspot.com dan www.untungsurapati.blogspot.com

http://buntelankata.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar